Zen dan fisika kuantum. - Korelasi yang mengejutkan antara sains dan filosofi timur. #912916

di Bruno Del Medico

Edizioni PensareDiverso

(Ancora nessuna recensione) Scrivi una recensione
6,90€

Leggi l'anteprima

Pertemuan antara filosofi Zen dan fisika kuantum bukan hanya pertemuan antara Timur dan Barat, spiritualitas dan sains. Sebaliknya, ini adalah kesempatan untuk dialog mendalam antara dua pandangan dunia yang, meskipun lahir dalam konteks yang sangat berbeda, telah mempertanyakan, masing-masing dengan caranya sendiri, pertanyaan mendasar yang sama tentang realitas, persepsi, dan kesadaran.
Biksu Zen berjalan di taman-taman Kyoto. Fisikawan mengembara, gelisah, di laboratorium Jenewa. Keduanya mencari jawaban, keduanya merangkul misteri. Guru Eihei Dōgen, pada abad ke-13, menulis dalam 'Shōbōgenzō' bahwa 'Sang Jalan pada dasarnya sempurna dan menembus keseluruhan. Namun, siapakah yang mengenalinya?" Beberapa abad kemudian, Niels Bohr, salah satu pencetus fisika kuantum, menyatakan: "Siapa pun yang tidak terkejut dengan teori kuantum, belum benar-benar memahaminya." Urgensi yang sama muncul dalam dua kalimat ini: realitas tidak pernah seperti yang terlihat pada pandangan pertama. Penampilan mengkhianati, kebenaran tersembunyi di balik tabir kebiasaan.
Filosofi Zen mengembangkan seni paradoks. Kōan-nya mendobrak logika biasa dan membuka sekilas keheningan. Fisika kuantum berbicara dalam bahasa eksperimen yang bertentangan dengan akal sehat. Pada tahun 1927, dalam Solvay, Einstein menantang Bohr: "Tuhan tidak bermain dadu dengan alam semesta." Namun, realitas merespons dengan ketidakpastian partikel, dengan misteri pengamat yang mengubah dunia yang diamati. Laboratorium menjadi kuil, meditasi menyerupai perjalanan menuju yang tak terlihat.
Ada benang tipis yang mengikat, melintasi abad dan budaya, biara Zen dan laboratorium ilmiah. Keduanya merayakan ketidakpastian. Keduanya mempertanyakan dogma. Zen mengundang seseorang untuk meninggalkan kata-kata dan hidup dengan pengalaman langsung. Fisika kuantum membuka kedok kekakuan kategori dan menunjukkan bahwa atom, waktu, bahkan ruang, tidaklah absolut, tetapi tampak berubah-ubah dan bersifat relasional.
Heisenberg, bapak prinsip ketidakpastian, menemukan penghiburan dalam bacaan-bacaan oriental. Schrödinger membaca Upanishad dari India dan merenungkan konsep kesatuan. Fisikawan Fritjof Capra, yang melakukan perjalanan pada tahun 1970-an antara India dan Amerika, menulis 'The Tao of Physics', dan menceritakan tentang tarian kosmik yang merangkul partikel-partikel dan para meditator, ilmuwan, dan biksu.
Saat ini, dialog tidak hanya terbatas pada buku. Kuil-kuil Zen di Barat menjadi tuan rumah bagi para ilmuwan dalam retret. Laboratorium-laboratorium di perbatasan mengundang para filsuf dan meditator. Di Jenewa, di CERN, pertanyaan-pertanyaan tentang asal-usul alam semesta berkelindan dengan dilema yang mengingatkan kita pada meditasi Zen: siapa yang mengamati, siapa yang diamati?
Ini adalah kisah tentang dialog yang sunyi namun kuat. Ini adalah kisah tentang pria dan wanita yang berani memikirkan hal yang tak terlihat, mempertanyakan hal yang absolut dan menyambut ketidakpastian. Filosofi Zen dan fisika kuantum, masing-masing dengan caranya sendiri, adalah dua kunci untuk membuka pintu yang sama. Di balik ambang pintu itu, kekosongan bukanlah ketiadaan, melainkan potensi yang tak terbatas. Realitas tidak hanya satu, tetapi banyak. Keheranan menjadi metode, dan kesederhanaan mengungkapkan dirinya sebagai pencapaian yang paling sulit.
Aggiunta al carrello in corso… L'articolo è stato aggiunto

Con l'acquisto di libri digitali il download è immediato: non ci sono costi di spedizione

Altre informazioni:

Formato:
ebook
Anno di pubblicazione:
2025
Dimensione:
2.19 MB
Protezione:
nessuna
Lingua:
Altre lingue
Autori:
Bruno Del Medico